Tafsir Al-Kahfi : 45-46

Kajian Al-Qur’an Tematik

وَٱضۡرِبۡ لَهُم مَّثَلَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا كَمَآءٍ أَنزَلۡنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَٱخۡتَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلۡأَرۡضِ فَأَصۡبَحَ هَشِيمٗا تَذۡرُوهُ ٱلرِّيَٰحُۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ مُّقۡتَدِرًا ٤٥ ٱلۡمَالُ وَٱلۡبَنُونَ زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱلۡبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيۡرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابٗا وَخَيۡرٌ أَمَلٗا ٤٦

Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang kami turunkan dari langit, Maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, Kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. Al-Kahfi [18]:45-46)

Allah merangkan bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, ibarat seperti tanaman, Allah menerangkan bahwa hidup di dunia ini seperti air yang diturunkan dari langit lalu menyirami tanaman, setelah itu tanaman tumbuh dengan subur, setelah itu berobah menjadi layu, kering dan kembali ke tanah.

Anak dan harta hanyalah hiyasan dunia, yang bersifat semu dan tidak abadi. Dunia sebagai kebun untuk menanam perbuatan kebaikan agar hidup yang sebentar ini kelak di negeri akhirat akan bisa menikmati kehidupan yang hakiki yang abadi.

Rasulullah Saw sendiri sebagai orang pertama yang menerima risalah Islam dan sengaja diutus untuk seluruh manusia.

Dalam melaksanakan tugas, beliau melakukannyua dengan tulus, semangat yang tinggi dengan segala kesederhanaan dan kesehajaannya. Beliau seorang yang zuhud dalam harta, kedudukan dan kemewahan dunia. Bahkan beliau melarang kaum lelaki memakai kain sutera dan perhiyasan emas. Keadan rumah tangganya adalah sebagaimana lazimnya manusia biasa.

     Bahkan pernah selama dua bulan dirumah beliau tidak dinyalakan api sebagai pertanda bahwa yang dimasak tidak ada. Memperhatikan seperti itu, sahabat Urwah ra bertanya kepada bibinya yaitu Aisyah isteri Rasulullah Saw: Wahai bibiku, apakah yang kalian makan? Aisyah menjawab: Hanya kurma dan air, hanya ada kalanya tetangga Rasulullah seorang sahabat Anshor yang memiliki ternak mengirim susunya lalu beliau memberikan minum kepada kami. (HR. Bukhari dan Muslim)

     Aisyah juga pernah menceritakan, bahwa : “Keluarga Muhammad Saw tidak pernah kenyang makan roti dari tepung gandum dua hari berturut-turut hingga beliau meninggal dunia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

      Abdullah ibnu Mas’ud berkata: “Rasulullah tidur di atas tikar hingga membekas pada pinggangnya, lalu kami bertanya: Ya Rasulullah, bagaimana kalau kami buatkan kasur yang empuk? Beliau menjawab: “Apa arti dunia ini bagiku? Di dunia ini bagiku hanya ibarat orang yang bepergian lalu berhenti sejenak di bawah sebuah pohon untuk beristirohat lalu ditinggalkannya”. (HR. Tirmidzi)

Kata Aisyah, “Rasulullah Saw saat meninggal dunia hanya memiliki selembar kain dan sebuah sarung tebal ini. Aisyah sambil menunjukkan dua dua buah kain beliau tersebut”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Bahkan kata Aisyah: Saat Rasulullah Saw wafat sedang baju besinya masih tergadai di tangan seorang Yahudi dengan pinjaman tiga puluh sho’ gandum. (HR. Bukhari dan Muslim)

Kata Amr bin Harits, sudara laki-laki ibu Juwariyah isteri Rasulullah Saw, bahwa Rasulullah Saw meninggal dunia tidak meninggalkan uang dirham, dinar, hamba sahaya atau sesuatu yang lain kecuali seekor keledai putih yang biasa beliau naiki, sebuah pedang dan sebidang tanah yang beliau sedekahkan untuk ibnu sabil. (HR. Bukhari)

     Rasulullah Saw bersikap zuhud demikian karena hidup di dunia ini hanya sebentar, sedang perjalanan yang akan dihadapi amat sangat berat. Pesan Rasululla Saw kepada Ibnu Umar sambil memegang pundaknya: “Jadilah engkau di dunia ini bagaikan orang asing atau orang yang menyebrang jalan”. (HR. Bukhari)

     Di lain kesempatan beliau bersabda: “Tidaklah dunia ini kalau dibandingkan dengan akhirat melainkan seperti salah seorang di antara kamu memasukkan jari telunjuknya ke air laut, maka perhatikan seberapa air yang  menempel pada jari, itulah hidup di dunia (dan air yang di laut itulah hidup di akhirat).” (HR. Muslim)

Karena itu beliau berdo’a: “Ya Allah, sesungguhnya tiada kehidupan yang sebenarnya melainkan kehidupan di akhirat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengapa sikap hidup Rasulullah Saw begitu sederhana dan sahaja?. Sebab perjalanan hidup manusia amat sangat sebentar, sedang perjalanan hidup manusia selanjutnya amat sangat sulit.

Rasulullah Saw bersabda: “Seandainya kamu melihat apa yang saya ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis”.

Wallahu a’lam.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *